“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
Dalam taushiyah Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al-Hafizh,
disebutkan setidaknya ada 15 parameter yang bisa mengindikasikan seorang
Ahlul (ahli) Al-Qur’an. Parameter tersebut adalah:
1. Khatam Al Quran. Minimal satu bulan satu kali khatam, maksimal tiga hari satu kali khatam.
Hal pertama yang mesti dilakukan untuk menjadi ahlul Quran adalah
dengan membacanya secara rutin. Minimal satu hari menghabiskan 1 juz (10
lembar). Agar mudah, sehabis shalat rutinkan untuk membaca sebanyak dua
lembar, insya Allah kita bisa mengkhatamkan Al Quran dalam 1 bulan.
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus melarang hingga batas tiga hari. (HR. Bukhari)
Menurut hadits di atas, kita dilarang mengkhatamkan Al Quran lebih
dari 30 hari. Karena bila kita membaca Al Quran kurang dari 1 juz per
harinya, kita akan kehilangan ruh dan akan menjauh dari Allah. Selain
itu, kita juga dilarang untuk mengkhatamkan Al Quran kurang dari 3 hari.
Hal itu telah dijawab oleh hadits berikut:
Dari Abdullah bin Amru, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan dapat memahami/menghayati Al-Qur’an, orang yang membacanya kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud)
2. Qiyamulail.
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah
aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar
yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang
menolong.’” (TQS. Al Isra’: 79-80)
“bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (TQS. Al Muzzammil: 2-6)
“bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (TQS. Al Muzzammil: 2-6)
Saya kira sudah jelas mengapa Qiyamullail menambah kedekatan kita
dengan Al Quran. Aktivitas tersebut merupakan salah satu indikasi ahli
Quran.
3. Qiyamullail dengan bacaan 1 juz. Minimal satu pekan satu kali.
Pada poin kedua (poin sebelum ini), titik tekan pada kuantitas.
Pokoknya yang penting Qiyamullail dulu. Sedangkan pada poin ketiga ini,
titik tekan pada kualitas Qiyamullail. Diharapkan dalam sepekan ada 1
Qiyamullail yang membaca 1 juz Al Quran. Yang baik adalah dengan
membacakan hafalan kita, insya Allah juz 30 bisa lah ya. Tetapi bila
ingin mencari suasana baru, kita bisa membaca mushaf untuk juz-juz
lainnya.
Syeikh Ali Jumu’ah mengatakan bahwa kebanyakan ulama membolehkan
membaca surat/ayat dengan mushaf sewaktu shalat sunnah dan wajib. Mereka
berdalil dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Malik bahwa Dzakawan
hamba sahayanya Aisyah pada saat qiyamullail di bulan Ramadhan
menggunakan mushaf. Dan tidak ada dalil yang melarangnya.
Adapun tentang membalikkan halaman-halaman kertas mushaf maka
tidaklah mengapa dengan tetap memperhatikan bahwa hal itu dilakukan
dalam waktu sesingkat mungkin sehingga tidak menjadikan diri orang yang
shalat itu keluar dari kekhusyu’an yang dituntut oleh syari’at didalam
shalat.
Akan tetapi yang paling afdhal (utama) adalah seorang yang menjadi
imam shalat bagi manusia adalah orang yang hafal Al Qur’an sedangkan
makmumnya tinggal mendengarkan bacaan imam itu sehingga tidak disibukkan
dengan sesuatu yang dapat menghilangkan kekhusyu’annya seperti
membalikkan halaman-halaman kertas mushaf dan banyak gerakan diluar
gerakan shalat. (Fatawa al Mu’ashiroh juz I hal 6)
4. Menambah hafalan Al Quran. Minimal satu tahun nambah satu juz.
Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang
mempunyai keahlian dalam membaca Al Quran dan menghafalnya,
memberitahukan kedudukan mereka serta mengedepankan mereka dibandingkan
orang lain.
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW
sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan
mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal,
maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya,
‘Surat apa yang kau hafal?’
Ia menjawab, ‘Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.’
‘Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?’ Tanya Nabi lagi.
Shahabi menjawab, ‘Benar.’
Nabi bersabda, ‘Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.’”
(HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i)
Ia menjawab, ‘Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.’
‘Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?’ Tanya Nabi lagi.
Shahabi menjawab, ‘Benar.’
Nabi bersabda, ‘Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.’”
(HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i)
Hadits di atas merupakan kemuliaan penghafal Quran di dunia, sedangkan di akhirat pun ada keutamaannya.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Penghafal
Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata:
‘Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia,’ kemudian orang itu dipakaikan mahkota
karamah (kehormatan), Al Quran kembali meminta: ‘Wahai Tuhanku
tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah.’ Kemudian Al
Quran memohon lagi: ‘Wahai Tuhanku ridhailah dia,’ maka Allah
meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: ‘bacalah dan teruslah
naiki (derajat-derajat surga)’, dan Allah menambahkan dari setiap ayat
yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (Hadits diriwayatkan
oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al
hakim, ia meninalinya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz
Dzahabi(1/533).)
5. Membaca tafsir Al Quran. Minimal satu pekan satu kali baca tafsir.
Allah SWT akan memberikan suatu kemuliaan di akhirat bagi orang yang
mempelajari Al Quran, ditambah lagi kemuliaan itu juga akan diberikan
kepada kedua orang tuanya.
Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
membaca Al Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah
mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya
matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang
tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami
dipakaikan jubah ini: dijawab: ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak
kalian untuk mempelajari Al Quran.’” (Hadits diriwayatkan oleh Al
Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan
disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad
dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257).)
Bayangkanlah betapa bahagianya ketika nanti di hari dimana tidak ada
naungan selain naungan dari Allah, orang tua kita terkaget-kaget saat
diberi jubah kemuliaan seperti hadits di atas karena kita (anaknya)
mempelajari Al Quran.
6. Membaca doa Al Quran. Minimal satu pekan satu kali.
Seorang mukmin hendaknya selalu berdo’a kepada Allah dimanapun dan kapanpun ia berada sebagaimana Allah berfirman:
“dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
seseungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa
kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Rabbmu itu Mahapemalu dan Mahamulia, malu dari hambaNya jika ia
mengangkat kedua tangannya (memohon) kepada-Nya kemudian menariknya
kembali dalam keadaan hampa kedua tangan-nya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, di-hasan-kan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dan Al-Albani)
Ibnul Qayyim berkata: “Doa termasuk obat yang paling bermanfaat,
ia adalah musuh bala, ia mendorongnya dan mengobati, ia menahan bala
atau mengangkat atau meringankannya jika sudah turun.”
Masih banyak keutamaan doa dan doa yang paling utama adalah doa yang
berasal dari Al Quran. Misalnya, doa yang ada dalam QS. Al Baqarah: 201.
(رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (٢٠١
“Rabbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah. Wa qina adzaban naar.”
Artinya: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka.” (TQS. Al-Baqarah: 201)
Artinya: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka.” (TQS. Al-Baqarah: 201)
7. Tadarus Al Quran bersama keluarga. Minimal satu kali per minggu.
Membaca Al Quran bersama keluarga akan meningkatkan rasa cinta kita
kepada Al Quran. Selain itu, membaca bersama-sama dapat memperbaiki
bacaan bila masih ada bacaan yang salah secara tajwid. Kebiasaan
Rasulullah dalam membaca Al Quran bersama keluarga terlihat ketika akan
mengkhatamkan Al Quran.
Adalah Anas bin Malik, beliau memiliki kebiasaan apabila telah
mendekati kekhataman dalam membaca Al-Qur’an, beliau menyisakan beberapa
ayat untuk mengajak keluarganya guna mengkhatamkan bersama. Dari Tsabit
al-Bunnani, beliau mengatakan bahwa Anas bin Malik jika sudah mendekati
dalam mengkhatamkan Al-Qur’an pada malam hari, beliau menyisakan
sedikit dari Al-Qur’an, hingga ketika subuh hari beliau mengumpulkan
keluarganya dan mengkhatamkannya bersama mereka. (HR. Darimi)
Hikmah yang dapat dipetik dari hadits Anas di atas, adalah bahwa
ketika khatam Al-Qur’an merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa
kepada Allah. Dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga, akan dapat
memberikan berkah kepada seluruh anggota keluarga. Karena, semuanya
berdoa secara bersamaan kepada Allah mengharapkan rahmat dan berkah
dari-Nya.
Nah, bila jauh dari kedua orang tua dan kakak-adik, serta belum
menikah, mungkin alternatifnya adalah tadarus Al Quran bersama kelompok
halaqoh/mentoring.
8. Mengulang-ngulang hafalan Al Quran, minimal satu kali per minggu.
Bila dipikir-pikir, esensi utama dari menghafal Quran bukanlah
mendapatkan hafalan Al Quran. Itu hanyalah bonus. Esensi utama dari
menghafal Quran adalah agar kita semakin sering berinteraksi dengan Al
Quran. Karena ketika kita menghafal al Quran, kita dituntut untuk
senantiasa mengulangnya. Dan dengan mengulang itulah ingatan kita akan
semakin tajam. Akan lebih baik lagi bila kita mengulangnya bersama
keluarga atau kelompok halaqoh/mentoring.
Itulah mungkin sebab kita bisa membaca Al Fatihah tanpa mushaf dengan
mudahnya, bahkan meski pikiran kita tidak fokus ke bacaan, kita masih
bisa menyelesaikannya. Ya, karena kita telah beratus-ratus kali
mengulangnya. Jadi, sesungguhnya tidak ada sikap permisif bagi yang
merasa ingatannya kurang baik untuk tidak menghafal al Quran.
Info tambahan, penelitian yang dipimpin oleh Avi Karni, seorang ahli
ilmu otak dari Universitas Haifa, Israel, mengungkapkan tidur siang baik
untuk mendongkrak ingatan. Penelitian ini dipublikasikan jurnal Nature Neuroscience.
Pengaruh tidur siang jelas terlihat hasilnya untuk meningkatkan
kemampuan mengingat hal-hal jangka panjang dan hal-hal yang bersifat
penjelasan. Memori jangka panjang biasanya tetap diingat seseorang
selama bertahun-tahun.
Dalam percobaannya, Karni meminta sukarelawan mengingat-ingat
permainan jari yang rumit. Mereka kemudian dibagi menjadi dua kelompok,
salah satu tidur siang selama setahun dan lainnya tidak. Ternyata,
sukarelawan-sukarelawan yang tidur siang mampu mengingat lebih baik
daripada yang tidak tidur. Setelah tidur malam, kemampuan kedua kelompok
tak jauh berbeda, namun kelompok yang tidur siang tetap saja
menunjukkan kemampuan mengingat lebih baik.
9. Mengajarkan Al Quran minimal satu kali satu bulan.
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi)
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: “Maksud
dari sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ‘Sebaik-baik kalian
adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain’
adalah bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan
meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan
menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat
yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.”
Mengajarkan Al Quran bukan lantas berhenti mempelajarinya. Dengan
mengajarkan Al Quran justru membuat kita semakin terpacu untuk
senantiasa mempelajarinya. Bahkan, tanpa kita sadari, dengan mengajarkan
Al Quran, kita mendapatkan ilmu baru, yaitu ilmu untuk mengajarkan Al
Quran kepada orang lain dengan berbagai perbedaan latar belakang
ke-Quran-an, karakter bawaan, metode menerima materi, dan lain
sebagainya.
10. Mentadabburi AlQuran minimal satu kali satu bulan.
Kata tadabbur berhubungan dengan kata ‘Yudabir’ yang artinya mengatur, seperti tersebut dalam QS. Yunus: 3.
“Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk
mengatur/yudabbir segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi
syafaat kecuali setelah ada izinNya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka
sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (TQS. Yunus: 3)
Jadi, kurang lebih tadabbur adalah usaha yang teratur/sistematis
untuk memahami Al Qur’an, sehingga dapat melakukan petunjuk Al Qur’an
dalam kehidupan sehari-hari. Tadabbur merupakan aktivitas untuk
mempelajari makna-makna dzahir yang tertera dalam Al Quran, namun bila
untuk memahami pengertian tersirat yang ada dibalik ayat/surat yang akan
dipelajari perlu adanya syarat-syarat khusus, karena hal tersebut sudah
masuk kepada wilayah menafsirkan Al Quran.
Salah satu output dari mentadabburi Al Quran adalah munculnya kesan
tertentu terhadap ayat/surat yang ditadabburi. Misalnya, ketika orang
lain merasa biasa saja membaca surat Al Ma’uun, saya memiliki kesan
‘seram’ terhadap surat tersebut, terutama ayat keempat. Karena dari ayat
tersebut saya berpikir, bisa jadi kita sudah bersusah payah melakukan
ibadah shalat, tetapi bukan pahala dan keridhoan yang didapat, melainkan
celaka. Na’udzubillah…
11. Mendengarkan bacaan Al Quran secara rutin. Baik itu dari radio, kaset, MP3, youtube, dll.
DariAbdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Bacakan Alquran kepadaku.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Alquran kepada baginda, sedangkan kepada bagindalah Alquran diturunkan?” Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku.” Kemudian aku membaca surat An-Nisa’. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: “Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang
saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).” Aku angkat
kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan
ketika aku angkat kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata.
(Sahih Muslim No: 1332)
Imam Nawawi berkata “Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari
hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran,
merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya
seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia
mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan
mentadabburi Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri.”
12. Membaca surat pilihan harian (yang telah dikumpulkan dalam kitab Al Matsurat) tiap hari minimal satu kali.
Misalnya keutamaan membaca ayat kursi (QS. Al Baqarah: 255) masing-masing satu kali ketika pagi dan sore.
“Barangsiapa membacanya di pagi hari maka akan dilindungi dari (gangguan) jin sampai sore, dan barangsiapa yang membacanya di sore hari maka akan dilindungi dari gangguan mereka (jin).” (HR. Al Hakim 1/562 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albaniy dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib 1/273)
“Barangsiapa membacanya di pagi hari maka akan dilindungi dari (gangguan) jin sampai sore, dan barangsiapa yang membacanya di sore hari maka akan dilindungi dari gangguan mereka (jin).” (HR. Al Hakim 1/562 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albaniy dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib 1/273)
Lalu, keutamaan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas, masing-masing dibaca 3x ketika pagi dan sore.
“Barangsiapa yang membacanya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka dia akan dicukupi dari segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud 4/322, At Tirmidziy 5/567, lihat Shahih At Tirmidziy 3/182)
“Barangsiapa yang membacanya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka dia akan dicukupi dari segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud 4/322, At Tirmidziy 5/567, lihat Shahih At Tirmidziy 3/182)
Dan masih banyak lagi surat pilihan yang utama untuk dibaca ketika
pagi dan petang. Lebih utama jika membaca bacaan zikir pagi dan petang
juga.
13. Membiasakan membaca surat pilihan pekanan tiap pekan. Misalnya membaca Al Kahfi tiap hari Jumat
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470)
14. Membiasakan membaca surat Al Mulk sebelum tidur.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبَّاسٍ الْجُشَمِىِّ عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
قَالَ إِنَّ
سُورَةً مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ
لَهُ وَهِىَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah
menceritakan pada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada
kami Syu’bah, dari Qotadah, dari ‘Abbas Al Jusyamiy, dari Abu Hurairah,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu
surat dari al qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat
memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu:
‘Tabaarakalladzii biyadihil mulku… (surat Al Mulk)’” (HR. Tirmidzi no. 2891, Abu Daud no. 1400, Ibnu Majah no. 3786, dan Ahmad 2/299).
أخبرنا عبيد الله بن عبد الكريم وقال حدثنا محمد بن عبيد الله أبو ثابت
المدني قال حدثنا بن أبي حازم عن سهيل بن أبي صالح عن عرفجة بن عبد الواحد
عن عاصم بن أبي النجود عن زر عن عبد الله بن مسعود قال : من قرأ { تبارك
الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر وكنا في عهد رسول
الله صلى الله عليه و سلم نسميها المانعة وإنها في كتاب الله سورة من قرأ
بها في كل ليلة فقد أكثر وأطاب
Telah menceritakan pada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdil Karim, ia
berkata, telah menceritakan pada kami Muhammad bin ‘Ubaidillah Abu
Tsabit Al Madini, ia berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu Abi
Hazim, dari Suhail bin Abi Sholih, dari ‘Arfajah bin ‘Abdul Wahid, dari
‘Ashim bin Abin Nujud, dari Zarr, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,
“Barangsiapa membaca ‘Tabarokalladzi bi yadihil mulk… (surat Al
Mulk)’ setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur.
Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat
tersebut ‘al Mani’ah’ (penghalang dari siksa kubur). Dia adalah salah
satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam,
maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)
Catatan: Keutamaan surat ini bisa diperoleh jika seseorang rajin
membacanya setiap malamnya, mengamalkan hukum-hukum yang terkandung di
dalamnya, mengimani berbagai berita yang disampaikan di dalamnya.
15. Meneteskan air mata karena Al Quran.
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh
Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang
Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari
orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (TQS. Maryam: 58)
Ibnu Sa’di berkata berkenaan dengan ayat di atas, “Firman Allah
subhanahu wa ta’ala, ‘Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis, maksudnya adalah mereka khudhu’ dan khusyu’ dengan ayat-ayat
tersebut, karena menggoreskan iman, cinta dan takut di hati mereka,
sehingga membuat mereka menangis, berserah diri dan sujud kepada Tuhan
mereka.”
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman mengenai para ahli kitab yang shalih,
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya
apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka
mereka sambil bersujud, dan mereka berkata, ‘Maha Suci Tuhan kami,
sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.’ Dan mereka menyungkur
atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu.” (TQS. Al Israa’: 107-109)
Menangis, menurut Al-Ghazali, disunahkan saat membaca Al-Qur’an. Cara
untuk memaksakan tangisan adalah membayangkan hal-hal yang dapat
menyebabkan kita menangis, yaitu dengan merenungi ancaman dan janji yang
ada di dalam Al-Qur’an, kemudian merenungi kealpaan sikap kita terhadap
berbagai perintah dan larangan Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasa sedih dan tangis hanya menghampiri hati seseorang yang bersih.
Hilangnya kesedihan dan tangisan hendaknya membuat kita bersedih (dan
menangis), karena hal tersebut merupakan tanda musibah terbesar yang
telah menimpanya.
Bahkan dalam sejarah kehidupan generasi awal Islam, banyak kita temui
kisah-kisah tentang kelembutan hati dimana mereka sering menangis
ketika membaca dan mendengarkan Al Qur an. Hati mereka begitu mudah
tersentuh karena keimanan yang telah begitu kuat mengakar di dalam dada.
Lalu, pertanyaan terbesarnya adalah:
BAGAIMANA DENGAN KITA?
Sudah sejauh mana diri kita untuk bisa menjadi ahli Quran. Yuk, sama-sama evaluasi dan berbenah diri. Bukankah kita ini adalah umatnya Rasulullah sang pembawa risalah Al Quran? Masa enggan untuk mengikuti petunjuknya, sementara kita sudah mengetahui kebenaran dan keuntungannya.
BAGAIMANA DENGAN KITA?
Sudah sejauh mana diri kita untuk bisa menjadi ahli Quran. Yuk, sama-sama evaluasi dan berbenah diri. Bukankah kita ini adalah umatnya Rasulullah sang pembawa risalah Al Quran? Masa enggan untuk mengikuti petunjuknya, sementara kita sudah mengetahui kebenaran dan keuntungannya.
Allahu’alam bish shawab
(mohon koreksi bila ada dalil yang tidak relevan atau dhoif/maudhu)
(mohon koreksi bila ada dalil yang tidak relevan atau dhoif/maudhu)
)
sumber: http://rezaprimawanhudrita.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar